Pasar berburu kayu jabon ( 10 cm diamater sudah laku )

Pabrik besar mulai mengolah, 3 tahun bisa mulai dipanen

panen jabon : Anda yang ragu-ragu menanam jabon bisa mulai menyimak info dibawah ini. Tanaman kayu yang banyak kegunaan ini memang terbukti dipakai banyak pabrik untuk diolah menjadi aneka perabotan. Satu hal yang pasti, tidak ada istilah kayu tidak laku. Mulailah berinvestasi.

Petani yang menanam jabon 5 atau 4 tahun yang lalu, sudah mulai memanen kayunya. Bahkan umur tiga tahun jabon juga sudah laku dijual. Jika masyarakat ingin jabonnya dibeli mahal, tanamlah yang banyak. Jika panen jabon tersedia dalam jumlah banyak, pabrik yang akan berada ditengah tengah petani, bukan petani yang harus membawa kayunya jauh jauh ke pabrik. Salah seorang karyawan di sebuah pabrik pengolahan kayu mengatakan bahwa ketersediaan jabon saat ini masih jarang. Dengan demikian, pabrik merasa belum perlu untuk mulai fokus ke kayu ini. Meskipun demikian, pelan tapi pasti, jabon diolah untuk dibikin perabotan, dan hasilnya bagus. Kuncinya sekarang ada ditangan petani. Siap setor berapa truk perminggu untuk kebutuhan pabrik?

Seorang petani memanggul kayu jabon yg habis dipanen

Panen jabon terkini yang sedang berlangsung adalah di desa Kretegan, Damarjati kecamatan Sukorejo kabupaten Kendal. Jabon yang dipanen berumur 3 tahun dengan diameter sekitar 20-30 cm. Apa sudah laku dengan ukuran seperti itu? Jawabannya adalah laku! Pabrik bahkan berani mengolah jabon dengan diameter 10 cm. Dari jawa tengah, jabon ini dibawa ke Balaraja. Jika pabrik berani hunting jabon di daerah daerah yang jauh, berarti indikasi bahwa jabon mulai dicari! Lalu untuk apakah jabon muda dengan ukuran yang bisa dikatakan belum maksimal itu? Ternyata pabrik mengolahnya menjadi finger join. Jika biasanya perabotan kayu menggunakan sistem pen, lubang atau lidah berkait, maka untuk kayu ukuran kecil konstruksi yang paling efektif adalah finger join. Bentuk akhir dari olahan ini berupa perabotan dan furniture. Dalam masalah diatas, jabon cocok untuk diolah jadi produk produk berbasis finger join. 

Untuk proses jual beli jabon ini mudah saja. Pabrik meminta agar jabon yang dipanen segera dibawa ke pabrik agar tidak menurunkan kualitas kayu. Dalam panen jabon kali ini, parik menerapkan sistem jemput bola. Artinya, petani silahkan menebang, memotong dan menaruh kayunya di dekat jalan yang bisa masuk truk. Pihak pabrik akan datang, memuat kayunya dan membayar. Bagaimana harganya? Harga kayu jabon ini terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas C dengan spesifikasi diameter 15-19 cm, panjang 130 cm , kelas B diameter 20-30 cm, panjang 130 cm  dan kelas A diameter 30 cm keatas, panjang 130 cm . Pihak pabrik juga menghimbau sebaiknya dalam panenan terdiri dari masing masing 30% untuk kelas A dan B. Sementara untuk kelas C 40%. Dengan harga diatas, petani tidak perlu kehilangan ongkos angkut. Jika petani bisa membawa sendiri barangnya langsung ke pabrik, tentu harganya lebih bagus. Namun jangan lupa dengan ongkos angkutnya. Jika tidak mau capek, lebih baik tebang, potong, siapkan di jalan. Setelah kubikasi dihitung, petani langsung menerima uang. Sebagai catatan, dalam menghitung kubikasi, bagian yang diukur adalah yang ujung atau diameter yang kecil, bukan pangkalnya.

KAYU JABON DITATA UNTUK DIBAWA KE PABRIK

Saat pihak pabrik ditanya berapa pasokan yang diminta, ternyata jumlahya lumayan, 15 truk perminggu. Dengan sistem hunting seperti ini, baru terpenuhi sekitar 5 truk per minggu. Ini masih jauh dari target. Apalagi banyak tengkulak yang membeli jabon dengan sistem tebas, dengan dibumbui cerita bahwa jabon tidak laku. Akhirnya, jabon dibeli murah dan petani mengalami kekecewaan. Jika anda ingin untung lebih, jangan jual ke tengkulak. Jika belum laku? Sabar saja karena jabon akan tumbuh semakin besar dan harganya tentu semakin tinggi. Yang jelas sekarang, menanam jabon menguntungkan! selamat panen jabon